Jumat, 18 November 2016
00.44
Profnur
Puisi, Sastra Pesantren
No comments
Zikir
Alif, alif, alif,!
Alifmu pedang di tanganku
Susuk di dagingku, kompas di hatiku
Alifmu tegak jadi cagak, meliut jadi belut
Hilang jadi angan, tinggal bekas menetaskan
Terang
Hingga aku
Berkesiur
Pada
Angin kecil
Takdir-Mu
Hompimpah hidupku, hompimpah matiku
Hompimpah nasibku, hompimpah, hompimpah
Hompimpah!
Kugali hatiku dengan linggis alifmu
Hingga lahir mataair, jadi sumur, jadi sungai,
Jadi laut, jadi samudra dengan sejuta gelombang
Mengerang menyebut alifmu
Alif, alif, alif!
Alifmu yg Satu
Tegak dimana-mana
Langkah
Merah bekas bibirmu yang melekat di pipiku sudah kusabun,
tapi aku
masih curiga, warna itu menjadi garis di cakrawala di mana pohon
pohon yang kutanam menjelma hantu.
Akhirnya aku pergi ke Lautan Teduh untuk bersuci, tapi air laut
menjadi
kering seketika, sehingga seekor cumi-cumi marah padaku,
melilitku
dengan belalainya lalu menelanku.
Dalam perut cumi-cumi itu masih kudengar suara ibu
menyuruhku
menyusu pada bisul di pantat nelayan primitif yang ditelan cumi-cumi
itu sepuluh ribu tahun lalu.
Nanah yang kukecup gurih dan harum, menyalangkan
pandangku ke
pulau-pulau yang dalam peta tak pernah ketemu.
1978
DOA
Bila kau tampakkan secercah cahaya di senyap malam
rusuh dan gemuruh mengharu biru seluruh tubuh
membangkitkan gelombang lautan rindu
menggebu menyala
dan lagu-Mu yang gemuruh
menyangkarku dalam garden-Mu
biarkan aku menari dalam lagu-Mu
gila lestari melimbang badan
ah, hatiku tertindas gatal dan pedih
meski nikmat semakin erat memelukku
aku meronta dalam kutuk-Mu
duhai, naung kasih-Mu melambai tangan
sekali lagi kau kilatkan cahaya di tengah malam
aku silau, hanya tangan yang menggerapai
golang golek tubuhku dalam yakin
ah, kegilaan begitu mesra
tangis bahagia yang bersimbah di raut jiwa
menggermang nyala bulu-bulu seluruh tubuh
terbisik di hati puji syukur memanjat rindu
1965
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar